Sabtu, 31 Desember 2011

KELUARGA

Keluarga merupakan elemen dari sistem sosial yang akan terbentuk menjadi masyarakat. Keluarga merupakan tempat awal kita dalam berinteraksi pada sesama. Pada umumnya, kita menginginkan keadaan keluarga yang damai, ceria, dan harmonis dalam keluarga. Keinginan tersebut akan tercapai dengan upaya orang tua dalam mengajari, mendidik, dan memotivasi anggota keluarga, yaitu anak-anak. Kebiasaan komunikasi yang tidak sehat dapat mengakibatkan perpecahan antara sesama anggota keluarga dan tidak akan mencapai kedamaian dalam keluarga seperti mengeluarkan nada yang kasar, mata melotot, dan berbicara yang tidak sepantasnya. Untuk mencapai keluarga yang damai, ceria, dan harmonis, maka perlu dilakukan kebiasaan -kebiasaan yang positif antara anggota keluarga.

  1. Setiap anggota kelurga beruapaya dan berusaha menciptakan kenyamanan ketika memasuki rumah.
  2. Sesama anggota keluarga harus membiasakan mengucapkan salam ketika memasuki rumah, atau permisi jika ingin keluar rumah.
  3. Biasakan terbuka tentang hal-hal baru kepada setiap anggota keluarga.
  4. Adanya kepercayaan yang harus di jaga oleh masing-masing anggota keluarga.
  5. Jika anak bertanya kepada orangtua, maka orangtua harus mendengar, jangan pura-pura mendengar, karena anak bisa tahu dari tatapan dan sorot mata, apakah orang tua serius menanggapi  atau tidak. 
  6. Bersikap jujur sesama anggota keluarga.
Dibawah adalah contoh kebiasaan keluarga yang menggunakan bentuk-bentuk komunikasi negatif, yakni :
  1. Keluarga kompetitif. Anak-anak bersaing mendapatkan perhatian dengan tingkah laku dengan cara-cara negatif seperti melempar piring, berteriak, marah-marah, dll.
  2. Keluarga hening. Disini anggota keluarga jarang berbicara, makan bersama atau berinteraksi dengan cara lain. Anggota keluarga tidak mau berbagi pengalaman untuk didiskusikan bersama. Masing-masing sibuk dengan masalah-masalah sendiri. Terkadang mereka marah, muka cemberut, kelihatan lelah tdk semangat, dll. Orangtua tidak mengetahui cara mencairkan suasana yang serba hening.
  3. Keluarga yang kasar. Anggota keluarga jenis ini menggunakan rumah sebagai tempat pelampiasan perasaan buruk. Bukan berarti keluarga ini kejam, melainkan karena keluarga ini penuh dengan perasaan marah. Anggota keluarga saling mengucapkan kata-kata kasar dan jarang mengucapkan kata-kata yang menyenangkan. Ayah diperlakukan dengan dingin oleh anggota keluarga laki-laki atau perempuan. Adakalanya salah satu anggota keluarga menjadi sasaran kemarahan di rumah ini.
  4. Keluarga yang tegang. Bila salah satu anggota keluarga yg lebih dewasa sering mengeluarkan geraman menegangkan atau ekspresi yang tidak menyenangkan, sehingga anggota keluarga yg lain ikut tegang. Pertanyaan sederhana saja dapat membuatnya geram seperti: "Bagaimana keadaannmu?" dijawab dengan kecurigaan: "Ngapain nanya-nanya segala?" Setiap orang takut, gerakan keliru sekecil apapun akan memicu ledakan. Keluarga semacam ini disebut juga keluarga berperasaan halus, alias mudah tersinggung dengan hal-hal sepele
Nah, keluarga yang manakah kamu? Maka dari itu kita harus saling menjaga perasaan antar anggota keluarga, agar tercipta keluarga yang damai, ceria, dan harmonis. Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar